Selasa, 31 Maret 2015

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA 5 TAHUN DENGAN LIMFADENINTIS TUBERKULOSIS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA 5 TAHUN DENGAN LIMFADENINTIS TUBERKULOSIS PENGERTIAN Tuberkolosis yang terjadi pada kelenjar superfisial yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel. TB kelenjar superfisial:  Akibat penyebaran limfogen dan hematogen.  Dapat sembuh sendiri, dapat progresif.  Dapat merupakan bagian dari TV milier.  Biasanya multipel.  Lokasi: leher, axilla, inguinal, supra clavikuler, sub mandibula.  Abses. Pembesaran kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia limfoid dan terbentuknya tuberkel, kemudian terjadi granulasi kronis, di kelenjar terjadi nekrosis dan perkejuan. Kelenjar dapat membesar dan melekat satu dengan yang lainnya serta melekat dengan jaringan sekitarnya, kemudian terjadi perkejuan selanjutnya terbentuk abses. Pada penyembuhan dapat terjadi perkapuran. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga. 2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit. 3. Riwayat penyakit sekarang: Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula. 4. Riwayat penyakit dahulu:  Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?  Pernah berobat tapi tidak sembuh?  Pernah berobat tapi tidak teratur?  Riwayat kontak dengan penderita TBC.  Daya tahan yang menurun.  Riwayat imunisasi/vaksinasi.  Riwayat pengobatan. 5.  Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.  Riwayat keluarga.  Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.  Aspek psikososial.  Merasa dikucilkan.  Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.  Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.  Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.  Tidak bersemangat dan putus harapan. Lingkungan:  Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak. 6. Pola fungsi kesehatan. 1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi. 2) Pola nutrisi - metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek. 3) Pola eliminasi Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali. 4) Pola aktifitas – latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). 5) Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. 6) Pola kognitif – perseptual Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. 7) Pola persepsi diri Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. 8) Pola peran – hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. 9) Pola seksualitas/reproduktif Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. 10) Pola koping – toleransi stres Menarik diri, pasif. PEMERIKSAAN FISIK 1. • Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul. • Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). • Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. • Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. • Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. • Pada tahap dini sulit diketahui. • Ronchi basah, kasar dan nyaring. • Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. • Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. • Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak) 2. Pembesaran kelenjar biasanya multipel. 3. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. 4. Kadang terjadi abses. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN 1. Uji tuberkulin Infeksi TB  imunitas seluler  hipersensitifitas tipe lambat  uji tuberkulin +. 2. Foto rontgent Rutin: foto pada Rö paru. Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas. 3. Gambaran klinis: • Tanpa gejala. • Gejala umum/tidak spesifik. - Demam lama. - BB turun/tidak naik. - Malnutrisi. - Malaise. - Batuk lama. - Diare berlanjut/berulang. • Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena. Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina. Respiratorik: batuk, sesak, mengi. Neurologik: kejang, kaku kuduk. Ortopedik: pincang, gibbus. GI: diare berlanjut. 4. Pemeriksaan mikrobiologis - Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil +: 10 – 62% dengan cara lama. Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK. 5. Pemeriksaan darah tepi Tidak khas. LED dapat meninggi. 6. Pemeriksaan patologik anatomik Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. 7. Sumber infeksi Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa. 8. Lain-lain - Uji faal paru. - Bronkoskopi. - Bronkografi. - Serologi. - dll. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN Penatalaksanaan  Penyuluhan  Pencegahan  Pemberian obat-obatan 1. OAT ( oabat anti tuberkulosa ) 2. Bronchodilator 3. Expectoran 4. OBH 5. Vitamin 6. Antibiotik  Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar. TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK  Menurut Soetjiningsih: Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.  Menurut Donna L. Wong: Masa anak-anak awal 1-6 tahun. Pra sekolah: 3-6 tahun. Tahap pertumbuhan cepat: Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas bertambah. Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara bergantian. Tahap pertumbuhan otak • Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986). Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud: Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa. • Fase oedipal/falik (3-5 tahun) - Mulai melakukan rangsangan autoerotik. - Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda. - Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis. Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik. Elektra komplek : anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik. • Fase laten (5 – 12 tahun) - Masuk ke permulaan fase pubertas. - Periode terintegrasi. - Fase tenang. - Dorong libido mereda sementara. - Erotik zona berkurang. - Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya). Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson: Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua: - Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt (inisiatif vs perasaan bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah. - 4 – 6 tahun: Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas aktifitasnya, jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari pengalaman baru, anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang, keterampilan motorik dan bahasanya.

Senin, 30 Maret 2015

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA 5 TAHUN DENGAN LIMFADENINTIS TUBERKULOSIS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA 5 TAHUN DENGAN LIMFADENINTIS TUBERKULOSIS PENGERTIAN Tuberkolosis yang terjadi pada kelenjar superfisial yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel. TB kelenjar superfisial:  Akibat penyebaran limfogen dan hematogen.  Dapat sembuh sendiri, dapat progresif.  Dapat merupakan bagian dari TV milier.  Biasanya multipel.  Lokasi: leher, axilla, inguinal, supra clavikuler, sub mandibula.  Abses. Pembesaran kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia limfoid dan terbentuknya tuberkel, kemudian terjadi granulasi kronis, di kelenjar terjadi nekrosis dan perkejuan. Kelenjar dapat membesar dan melekat satu dengan yang lainnya serta melekat dengan jaringan sekitarnya, kemudian terjadi perkejuan selanjutnya terbentuk abses. Pada penyembuhan dapat terjadi perkapuran. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga. 2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit. 3. Riwayat penyakit sekarang: Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula. 4. Riwayat penyakit dahulu:  Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?  Pernah berobat tapi tidak sembuh?  Pernah berobat tapi tidak teratur?  Riwayat kontak dengan penderita TBC.  Daya tahan yang menurun.  Riwayat imunisasi/vaksinasi.  Riwayat pengobatan. 5.  Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.  Riwayat keluarga.  Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.  Aspek psikososial.  Merasa dikucilkan.  Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.  Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.  Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.  Tidak bersemangat dan putus harapan. Lingkungan:  Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak. 6. Pola fungsi kesehatan. 1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi. 2) Pola nutrisi - metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek. 3) Pola eliminasi Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali. 4) Pola aktifitas – latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). 5) Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. 6) Pola kognitif – perseptual Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. 7) Pola persepsi diri Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. 8) Pola peran – hubungan Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. 9) Pola seksualitas/reproduktif Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. 10) Pola koping – toleransi stres Menarik diri, pasif. PEMERIKSAAN FISIK 1. • Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul. • Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). • Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. • Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. • Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari. • Pada tahap dini sulit diketahui. • Ronchi basah, kasar dan nyaring. • Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik. • Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. • Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak) 2. Pembesaran kelenjar biasanya multipel. 3. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula. 4. Kadang terjadi abses. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN 1. Uji tuberkulin Infeksi TB  imunitas seluler  hipersensitifitas tipe lambat  uji tuberkulin +. 2. Foto rontgent Rutin: foto pada Rö paru. Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas. 3. Gambaran klinis: • Tanpa gejala. • Gejala umum/tidak spesifik. - Demam lama. - BB turun/tidak naik. - Malnutrisi. - Malaise. - Batuk lama. - Diare berlanjut/berulang. • Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena. Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina. Respiratorik: batuk, sesak, mengi. Neurologik: kejang, kaku kuduk. Ortopedik: pincang, gibbus. GI: diare berlanjut. 4. Pemeriksaan mikrobiologis - Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB. Hasil +: 10 – 62% dengan cara lama. Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK. 5. Pemeriksaan darah tepi Tidak khas. LED dapat meninggi. 6. Pemeriksaan patologik anatomik Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. 7. Sumber infeksi Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa. 8. Lain-lain - Uji faal paru. - Bronkoskopi. - Bronkografi. - Serologi. - dll. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN Penatalaksanaan  Penyuluhan  Pencegahan  Pemberian obat-obatan 1. OAT ( oabat anti tuberkulosa ) 2. Bronchodilator 3. Expectoran 4. OBH 5. Vitamin 6. Antibiotik  Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar. TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK  Menurut Soetjiningsih: Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.  Menurut Donna L. Wong: Masa anak-anak awal 1-6 tahun. Pra sekolah: 3-6 tahun. Tahap pertumbuhan cepat: Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen. Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas bertambah. Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara bergantian. Tahap pertumbuhan otak • Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986). Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud: Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa. • Fase oedipal/falik (3-5 tahun) - Mulai melakukan rangsangan autoerotik. - Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda. - Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis. Oedipus komplek: anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik. Elektra komplek : anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik. • Fase laten (5 – 12 tahun) - Masuk ke permulaan fase pubertas. - Periode terintegrasi. - Fase tenang. - Dorong libido mereda sementara. - Erotik zona berkurang. - Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya). Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson: Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua: - Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt (inisiatif vs perasaan bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah. - 4 – 6 tahun: Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas aktifitasnya, jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari pengalaman baru, anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang, keterampilan motorik dan bahasanya.